Teori dalam ilmu kimia khususnya tentang senyawa koordinasi
diperoleh dengan cara berbeda dengan teori yang dikemukakan dalam disiplin ilmu
lain. Pada kimia, teori diajukan untuk menjelaskan feomena kimia yang ada
menurut zamannya. Pada fisika atau biologi teori yang ada digunakan untuk
menjelaskan eksperimen berulang tentang satu atau lebih fenomena sehingga teori
dalam fisika atau biologi dapat digunakan untuk meramalkan fenomena yang
mungkin terjadi setelah teori tersebut dikemukakan. Teori kimia yang ada adalah
teori-teori yang menysuaikan diri dengan zamannya. Misalkan ada senyawa baru
yang tak dapat dijelaskan dengan teori terdahulu maka diajukanlah teori yang
lebih universal untuk menjelaskan semuanya.
Teori yang pertama tentang
senyawa koordinasi diajukan oleh Thomas Graham (1805-1869) yang kemudian
disusul oleh teori-teori selanjutnya. Graham menyimpulkan fenomena banyaknya
komplek yang mengandung ligan amina dalam Teori Amonium Graham yang menyatakan
bahwa amina-amina logam dianggap sebagai senyawa-senyawa amonium yang
tersubstitusi. Maksud dari ‘tersubstitusi’ disini adalah atom logam bertindak
sebagai atom yang menggantikan dan hidrogen yang terikat dengan N pada molekul
amonium sebagai atom yang digantikan. Teori ini dibantah karna hanya berlaku untuk
senyawa kompleks yang ligan amoniumnya berjumlah sesuai dengan valensi logam
atau elektrovalensi dari logam. Padahal faktanya banyak senyewa kompleks yang
ditemukan kemudian mengandung ligan amonium lebih dari valensi logamnya.
Teori Molekuler Kekule menyetakan bahwa senyawa dibagi menjadi dua
jenis yakni senyawa atomik dan senyawa molekuler. Seyawa atomik adalah senyawa
yang perbadingan jumlah atom-atomnya sesuai dengan valensi tetap dari atom-atom
penyusun senyawa tersebut. Senyawa molekuler adalah senyawa yang tersusun dari
beberapa senyawa atomik. Contohnya adalah [Co(NH3)6]Cl3
yang dianggap sebagai senyawa yang tersusun dari dua jenis senyawa molelkuler
yakni CoCl3 dan NH3 sehingga rumusnya ditulis CoCl3.6NH3.
Oleh karena senyawa molekuler adalah kompulan senyawa atomik maka Kekule
menyatakan bahwa ikatan didalamnya tidak sekuat ikatan dalam senyawa atomik dan
senya molekuler kurang stabil. Teori Kekule dianggap valid pada saat itu karna
keberhasilan Kekule mengungkapkan struktur metana dan benzena dengan tepat.
Teori Molekuler ini berdasar pada paham tentang valensi atom yang dianut oleh
Kekule saat itu yang menyatakan bahwa atom-atom hanya memiliki satu jenis
valensi. Teori Kekule ini ditinggalkan karna faktanya valensi logam transisi
tidak hanya satu dan senyawa kompleks banyak yang stabil.
Perkembangan yang sangat pesat dalam bidang organik mengilhami
Blomstard untuk menjelaskan kegalauan tentang senyawa kompleks. Blomstard
megajukan Teori Rantai yang kemudian disempurnakan oleh Jorgensen. Jorgensen
pada saat itu melakukan risetnya secara sistematis, berbeda dengan ilmuan kimia
lain saat itu yang kebanyakan menggunakan metode sporadis. Dasar teori ini
adalah kemampuan ligan (dalam kasus ini NH3) membentuk rantai.
Rantai dari NH3 ini dianalogikan pada rantai karbon ( -CH2-
). Jorgensen membuat ketentuan yang berkaitan dengan kereaktifan atom-atom dan
gugus-gugus yang terdapat dalam senyawa kompleks. Diantara ketentuannya adalah untuk
senyawa kompleks yang mengandung atom halogen, atom halogen dibagi menjadi dua
macam, yakni halogen lebih dekat dan lebih jauh. Dekat dan jauhnya halida dalam
senyawa kompleks ini adalah dekat dan jauhnya halida pada logam dalam kompleks.
Halida lebih dekat adalah halida yang tidak dapat mengendap dengan perak dan sebaliknya.
Teori Rantai ini dapat menjelaskan banyak struktur senyawa kompleks pada awal
publikasinya. Teori ini terbantahkan karna ditemukannya senyawa kompleks CoCl3.3NH3.
Menurut teori ini seharusnya senyawa kompleks CoCl3.3NH3
merupakan senyawa elektrolit dan dapat membentuk endapan AgCl, akan tetapi
faktanya senyawa ini bukan elektrolit dan tak dapat membentuk endapan AgCl.
Alferd Warner adalah ilmuan kimia yang sedikit berselisih dengan
Jorgensen. Warner terilhami untuk menjelaskan keganjalan pada teori yang
dikemukakan oleh Jorgensen pada saat tidur yang kemudian dituankan olehnya
dalam sebuah artikel dan dia melakukan banyak penelitian untuk mendukung
asumsinya itu. Hasil dari jerih payahnya menghasilkan ini Teori Koordinasi yang
diajukan oleh Warner pada tahun 1893. Pada teori ini, Waener mempostulasikan
adanya dua macam valensi, yaitu valensi primer dan sekunder. Dua macam valensi
ini hanya dimiliki oleh atom logam dalam senyawa kompleks. Valensi primer suatu
logam diisi oleh anion dan valensi sekunder atom logam diisi oleh anion atau
atom/molekul netral. Atom puat dengan anion atau molekul netral yang terikat
padanya membentuk suatu kompleks. Kompleks-kompleks ini menurut Warner dapat
membentuk suatu ruang geometri. Jika jumlah atom atau molekul yang terikat pada
atom pusat ada enam, maka bentuknya adalah oktahedral. Jika jumlah atom/molekul
yang terikat pada pusat berjumlah empat, maka bentuknya bisa bujursangkar atau
tetrahedral. Teori ini dapat menjelaskan sifat elektrolit senyawa kompleks, gejala
isomerisme geometrik dan optis pada senyawa kompleks. Teori ini yang kemudian
dipakai sampai saat ini.
Teori selanjutnya yang muncul setelah Warner hanya merupakan
penjelasan-penjelasan yang memprmudah pemahaman atau tambahan-tambahan sebagai
penyempurna saja. Pada tahun 1927 Sidgwik (1873-1852) mengajukan tentang
gagasan tentang kaidah bilangan atom efektif, yang dikembangkan berdasarkan
teori oktet Lewis. Jumlah elektron pada atom pusat dengan elektron yang
didonorkan oleh ligan-ligan disebut dengan bilangan atom efektif.
FAIZAH
(11630041)
KIMIA 2011
No comments:
Post a Comment