Popular Posts

Sunday, October 12, 2014

RESUME TEORI-TEORI KOORDINASI SEBELUM 1930


Teori dalam ilmu kimia khususnya tentang senyawa koordinasi diperoleh dengan cara berbeda dengan teori yang dikemukakan dalam disiplin ilmu lain. Pada kimia, teori diajukan untuk menjelaskan feomena kimia yang ada menurut zamannya. Pada fisika atau biologi teori yang ada digunakan untuk menjelaskan eksperimen berulang tentang satu atau lebih fenomena sehingga teori dalam fisika atau biologi dapat digunakan untuk meramalkan fenomena yang mungkin terjadi setelah teori tersebut dikemukakan. Teori kimia yang ada adalah teori-teori yang menysuaikan diri dengan zamannya. Misalkan ada senyawa baru yang tak dapat dijelaskan dengan teori terdahulu maka diajukanlah teori yang lebih universal untuk menjelaskan semuanya.
 Teori yang pertama tentang senyawa koordinasi diajukan oleh Thomas Graham (1805-1869) yang kemudian disusul oleh teori-teori selanjutnya. Graham menyimpulkan fenomena banyaknya komplek yang mengandung ligan amina dalam Teori Amonium Graham yang menyatakan bahwa amina-amina logam dianggap sebagai senyawa-senyawa amonium yang tersubstitusi. Maksud dari ‘tersubstitusi’ disini adalah atom logam bertindak sebagai atom yang menggantikan dan hidrogen yang terikat dengan N pada molekul amonium sebagai atom yang digantikan. Teori ini dibantah karna hanya berlaku untuk senyawa kompleks yang ligan amoniumnya berjumlah sesuai dengan valensi logam atau elektrovalensi dari logam. Padahal faktanya banyak senyewa kompleks yang ditemukan kemudian mengandung ligan amonium lebih dari valensi logamnya.
Teori Molekuler Kekule menyetakan bahwa senyawa dibagi menjadi dua jenis yakni senyawa atomik dan senyawa molekuler. Seyawa atomik adalah senyawa yang perbadingan jumlah atom-atomnya sesuai dengan valensi tetap dari atom-atom penyusun senyawa tersebut. Senyawa molekuler adalah senyawa yang tersusun dari beberapa senyawa atomik. Contohnya adalah [Co(NH3)6]Cl3 yang dianggap sebagai senyawa yang tersusun dari dua jenis senyawa molelkuler yakni CoCl3 dan NH3 sehingga rumusnya ditulis CoCl3.6NH3. Oleh karena senyawa molekuler adalah kompulan senyawa atomik maka Kekule menyatakan bahwa ikatan didalamnya tidak sekuat ikatan dalam senyawa atomik dan senya molekuler kurang stabil. Teori Kekule dianggap valid pada saat itu karna keberhasilan Kekule mengungkapkan struktur metana dan benzena dengan tepat. Teori Molekuler ini berdasar pada paham tentang valensi atom yang dianut oleh Kekule saat itu yang menyatakan bahwa atom-atom hanya memiliki satu jenis valensi. Teori Kekule ini ditinggalkan karna faktanya valensi logam transisi tidak hanya satu dan senyawa kompleks banyak yang stabil.
Perkembangan yang sangat pesat dalam bidang organik mengilhami Blomstard untuk menjelaskan kegalauan tentang senyawa kompleks. Blomstard megajukan Teori Rantai yang kemudian disempurnakan oleh Jorgensen. Jorgensen pada saat itu melakukan risetnya secara sistematis, berbeda dengan ilmuan kimia lain saat itu yang kebanyakan menggunakan metode sporadis. Dasar teori ini adalah kemampuan ligan (dalam kasus ini NH3) membentuk rantai. Rantai dari NH3 ini dianalogikan pada rantai karbon ( -CH2- ). Jorgensen membuat ketentuan yang berkaitan dengan kereaktifan atom-atom dan gugus-gugus yang terdapat dalam senyawa kompleks. Diantara ketentuannya adalah untuk senyawa kompleks yang mengandung atom halogen, atom halogen dibagi menjadi dua macam, yakni halogen lebih dekat dan lebih jauh. Dekat dan jauhnya halida dalam senyawa kompleks ini adalah dekat dan jauhnya halida pada logam dalam kompleks. Halida lebih dekat adalah halida yang tidak dapat mengendap dengan perak dan sebaliknya. Teori Rantai ini dapat menjelaskan banyak struktur senyawa kompleks pada awal publikasinya. Teori ini terbantahkan karna ditemukannya senyawa kompleks CoCl3.3NH3. Menurut teori ini seharusnya senyawa kompleks CoCl3.3NH3 merupakan senyawa elektrolit dan dapat membentuk endapan AgCl, akan tetapi faktanya senyawa ini bukan elektrolit dan tak dapat membentuk endapan AgCl.
Alferd Warner adalah ilmuan kimia yang sedikit berselisih dengan Jorgensen. Warner terilhami untuk menjelaskan keganjalan pada teori yang dikemukakan oleh Jorgensen pada saat tidur yang kemudian dituankan olehnya dalam sebuah artikel dan dia melakukan banyak penelitian untuk mendukung asumsinya itu. Hasil dari jerih payahnya menghasilkan ini Teori Koordinasi yang diajukan oleh Warner pada tahun 1893. Pada teori ini, Waener mempostulasikan adanya dua macam valensi, yaitu valensi primer dan sekunder. Dua macam valensi ini hanya dimiliki oleh atom logam dalam senyawa kompleks. Valensi primer suatu logam diisi oleh anion dan valensi sekunder atom logam diisi oleh anion atau atom/molekul netral. Atom puat dengan anion atau molekul netral yang terikat padanya membentuk suatu kompleks. Kompleks-kompleks ini menurut Warner dapat membentuk suatu ruang geometri. Jika jumlah atom atau molekul yang terikat pada atom pusat ada enam, maka bentuknya adalah oktahedral. Jika jumlah atom/molekul yang terikat pada pusat berjumlah empat, maka bentuknya bisa bujursangkar atau tetrahedral. Teori ini dapat menjelaskan sifat elektrolit senyawa kompleks, gejala isomerisme geometrik dan optis pada senyawa kompleks. Teori ini yang kemudian dipakai sampai saat ini.
Teori selanjutnya yang muncul setelah Warner hanya merupakan penjelasan-penjelasan yang memprmudah pemahaman atau tambahan-tambahan sebagai penyempurna saja. Pada tahun 1927 Sidgwik (1873-1852) mengajukan tentang gagasan tentang kaidah bilangan atom efektif, yang dikembangkan berdasarkan teori oktet Lewis. Jumlah elektron pada atom pusat dengan elektron yang didonorkan oleh ligan-ligan disebut dengan bilangan atom efektif.


FAIZAH
(11630041)
KIMIA 2011

No comments:

Post a Comment