Popular Posts

Tuesday, October 14, 2014

FUNGSI K+, Na+, Ca2+, DAN Mg2+ DALAM SISTEM BIOLOGIS


A.   Pendahuluan
Manusia yang memiliki takdir sebagai pemimpin dan satu-satunya makhluk hidup di bumi yang memiliki akal dan budi mempunyai tugas untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sampai saat ini laju perkembangan ilmu pengetahuan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan beragamnya konsep keilmuan yang menarik untuk dipelajari.
Salah satu cabang ilmu kimia yang menarik dan menantang untuk dipelajari adalah kimia bioanorganik. Cabang ilmu kimia ini mempelajari bagaimana fungsi dari senyawa atau unsur ‘anorganik’ dalam tubuh makhluk hidup, respon makhluk hidup tersebut terhadap unsur ‘anorganik’, dan interaksi unsur tadi dengan ligan-ligan yang diproduksi dalam tubuh makhluk hidup.
Banyak jenis unsur anorganik yang fungsinya esensial bagi makhluk hidup khususnya manusia. Unsur-unsur tersebut ada yang dibutuhkan dalam bentuk ionnya dan bentuk unsur netral. Ion kalium, natrium, calsium, dan magnesium dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup untuk keseimbangan metabolisme.
B.    Rumusan Masalah
1.     Apa fungsi ion kalium dalam tubuh makhluk hidup?
2.    Apa fungsi ion natrium dalam tubuh makhluk hidup?
3.    Apa fungsi ion kalsium dalam tubuh makhluk hidup?
4.    Apa fungsi ion magnesium dalam tubuh makhluk hidup?

C.   Pembahasan
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau  negatif.  Sebagian  besar  proses  metabolisme  memerlukan  dan  dipengaruhi  oleh  elektrolit.  Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama elektrolit mayor.


1.     Kalium
Kalium  merupakan  kation  penting  dalam  cairan  intraselular  yang  berperan  dalam keseimbangan  pH  dan  osmolalitas.  Tubuh  mengandung  kalium  2,6  mg/kg  berat  badan  bebas lemak. Kekurangan kalium umumnya disebabkan karena ekskresi yang berlebihan melalui ginjal dan karena muntah-muntah yang berlebihan atau diare yang hebat (Suhardjo dan Clara, 1992).
Kalium  merupakan  ion  intraselular dan  dihubungkan  dengan  mekanisme pertukaran  dengan  natrium.  Peningkatan asupan  kalium  dalam  diet  telah dihubungkan  dengan  penurunan  tekanan darah,  karena  kalium  memicu  natriuresis (kehilangan  natrium  melalui  urin)  (Barasi, 2007).
Kalium dalam tubuh manusia penting dalam menghantarkan implus saraf serta pembebasan tenaga dari protein, lemak, dan karbohidrat sewaktu metabolisme. Kalium bergerak di dalam tubuh secara difusi, absorbs, dan sekresi. Kalium memasuki tubuh dari saluran usus dengan cara difusi melalui dinding kapiler dan absorbsi aktif. Lalu kalium masuk ke dalam sel-sel juga dengan cara difusi dan membutuhkan proses metabolisme yang aktif. Kalium dibuang melalui urine dengan cara sekresi dan penyaringan. Kalium juga berperan penting dalam penyampaian implusimplus saraf ke serat-serat otot dan juga dalam kemampuan otot untuk berkontraksi (Darwin, 1988 dalam Hijriani, 2009).
Kalium juga merupakan mineral yang bermanfaat bagi tubuh kita yaitu berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kekurangan kalium dapat berefek buruk dalam tubuh karena mengakibatkan hipokalemian yang menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Sedangkan untuk kelebihan kalium mengakibatkan hiperkalemia yang menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi yang dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung (Yaswir dan Ferawati. 2012).


2.    Natrium
Natrium adalah kation utama dalam darah  dan  cairan  ekstraselular  yang mencakup 95%  dari  seluruh  kation. Oleh karena  itu,  mineral  ini  sangat  berperan dalam  pengaturan  cairan  tubuh, termasuk tekanan  darah  dan  keseimbangan  asambasa  (Barasi,  2007).
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada  dalam bentuk ion sebagai Na . Diperkirakan hampir   100  gram  dari  ion  natrium  (Na )  atau  ekivalen  dengan  250  gr  NaCl  terkandung  di  dalam  tubuh manusia.  Garam  natrium  merupakan  garam  yang  dapat  secara  cepatdiserap  oleh  tubuh  dengan  minimum  kebutuhan  untuk  orang  dewasa berkisar  antara  1.3-1.6  gr/hari  (ekivalen  dengan  3.3-4.0  gr  NaCl/hari) (Irawan, 2007). 
Setiap kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin & keringat. Hampir  semua  natrium  yang  terdapat  di  dalam  tubuh  akan  tersimpan di dalam soft body tissuedan cairan tubuh. Ion natrium (Na ) merupakan kation utama di dalam cairan ekstrasellular (ECF)  dengan konsentrasi   berkisar  antara  135-145  mmol/L.  Ion  natrium  juga  akan berada pada cairan intrasellular (ICF) namun dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L. 5.Mineral Makro & Mikro -Natrium (Na) sebagai  kation  utama  dalam  cairan  ekstrasellular,  natrium  akan  berfungsi  untuk  menjaga  keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan dalam proses absorpsi glukosa.  Pada  keadaan  normal,  natrium  (Na )  bersama  dengan  pasangan   (terutama  klorida,  Cl )  akan memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular (Irawa, 2007)
Salah satu efek dari respon tubuh terhadap kadar natrium berlebih adalah hipertensi (Purwati,2003). Asupan Natrium yang meningkat  menyebabkan  tubuh meretensi  cairan,  yang  meningkatkan  volume darah. Jantung  harus  memompa keras  untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang  yang  makin  sempit  yang  akibatnya  adalah hipertensi.  Penelitian  epidemiologi  menunjukkan bahwa asupan rendah  Kaliumakan  mengakibatkan peningkatan  tekanan  darah  dan  renal  vascular remodeling  yang  mengindikasikan  terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal (Lestari, 2010).
3.    Kalsium
Kaklsium merupakan salah satu nutrien esensial yang sangat dibutuhkan untuk berbagai fungsi tubuh (Gobinathan, 2009). Salah satu fungsi kalsium bagi tubuh adalah sebagai penunjang perkembangan fungsi motorik agar lebih optimal dan berkembang dengan baik. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang, osteoporosis, dan osteomalasia (Nieves, 2005).
Menurut dinas kesehatan kebumen dalam tulisannya dan Tongkhan menyebutkan kalsium mempunyai peran vital pada tulang sehingga dapat mencegah timbulnya osteoporosis. Namun kalsium yang berada di luar tulang pun mempunyai peran yang besar, antara lain mendukung kegiatan enzim, hormon, syaraf dan darah. Berikut beberapa manfaat kalsium bagi tubuh :
·         Mengaktifkan syaraf
·         Melancarkan peredaran darah
·         Melenturkan otot
·         Menormalkan tekanan darah
·         Menyeimbangkan keasaman/kebasaan darah
·         Menjaga keseimbangan cairan tubuh
·         Mencegah Osteoporosis (keropos tulang)
·         Mencegah penyakit jantung
·         Menurunkan resiko kanker usus
·         Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik
·         Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
·         Meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui
·         Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi
·         Mengatasi Kaki tangan kering dan pecah-pecah
·         Memulihkan gairah seks yang menurun/melemah
·         Mengatasi kencing manis (mengaktifkan pankreas)
Penelitian yang berkembang tentang kalsium yang berhubungan dengan tubuh makhluk hidup adalah pembuatan nano kalsium, dimana nano kalsium lebih mudah diserap dan difungsikan oleh tubuh.
4.    Magnesium
Kadar  magnesium yang  normal  dapat  mempertahankan  tonus otot  polos, dan berimplikasi  terhadap kontrol  tekanan  darah.  Magnesium  juga dapat  melindungi  otot  jantung dari kerusakan selama iskemi (Barasi, 2007).
Magnesium  merupakan  kation  terbanyak  ke  empat  di  dalam  tubuh  dan kation terbanyak kedua di dalam intraseluler setelah potasium.  Magnesium mempunyai  peranan  penting   dalam  struktur  dan  fungsi  tubuh  manusia.  Tubuh manusia  dewasa  mengandung  kira-kira  25  gram  magnesium.  Total  magnesium dalam tubuh laki-laki dewasa diperkirakan 1 mol (24 g)  (Topf and Murray, 2003). Jumlah  minimum  magnesium  yang  direkomendasikan  setiap  hari  tersedia  untuk orang dewasa adalah 0,25 mmol (6  mg)/kg berat badan  (Sclingmann  .  2004). Distribusi  magnesium  dalam  tubuh  diperkirakan  66%  di  dalam  tulang,  33%  di dalam otot dan jaringan lunak, dan kurang lebih 1% dalam darah. Di dalam darah 55%  magnesium  dalam  keadaan  bebas  (dalam  bentuk  ion)  dan  secara  fisiologi aktif, 30% berikatan dengan protein (terutama albumin), dan 15% dalam bentuk anion kompleks (Fox . 2001).
Ginjal  merupakan  regulator  utama  konsentrasi  serum  dan  kandungan  total magnesium  tubuh.    Ekskresi  magnesium  lebih  banyak  terjadi  pada  malam  hari. Pada  bagian  glomerulus  ginjal,  magnesium  (baik  dalam  bentuk  ion  atau magnesium kompleks) mengalami filterisasi sebanyak 70%, sedangkan di bagian nefron  reabsorpsi  magnesium  lebih  96%.  Jumlah  yang  di  reabsorpsi  dapat bervariasi,  mulai  mendekati  nol  sampai  99.5%  tergantung  pada  keseimbangan magnesium individu (Topf and Murray, 2003).
Magnesium  sangat  diperlukan  dalam  tubuh  terutama  terlibat  dalam  lebih 300 reaksi metabolik esensial.  Hal tersebut diperlukan untuk metabolisme energi, penggunaan  glukosa,  sintesis  protein,  sintesis  dan  pemecahan  asam  lemak, kontraksi  otot,  seluruh  fungsi  ATPase,  hampir  seluruh  reaksi  hormonal  dan menjaga keseimbangan ionik seluler.  Magnesium diperlukan untuk fungsi pompa Na/K-ATPase.  Defisiensi  magnesium  menyebabkan  peningkatan  sodium intraseluler dan potasium banyak ke luar dan masuk ke ekstraseluler.  Hal tersebut mengakibatkan  sel  mengalami  hypokalaemia  dimana  hanya  dapat  ditangani dengan pemberian magnesium (Gum, 2004).
Pada  konsentrasi  yang  berhubungan  dengan  kondisi  fisiologis,  magnesium tidak bersifat genotoxic, tetapi lebih banyak diperlukan untuk menjaga stabilitas genomic.  Telah diketahui    kestabilan  genomic  mempengaruhi struktur DNA dan kromatin.  Berhubungan  dengan  hal  tersebut,  magnesium  merupakan  kofaktor penting dalam seluruh sistem enzimatik  yang terlibat dalam  proses  pembentukan DNA.  Sebagian besar studi tentang replikasi DNA, magnesium  berperan penting secara spesifik untuk ketepatan sintesis DNA. Selanjutnya sebagai kofaktor yang esensial, magnesium mempunyai fungsi untuk    perbaikan pemotongan nukleotida apabila terjadi kerusakan DNA oleh lingkugan mutagen, proses endogenous, dan replikasi DNA. Magnesium berperan sebagai regulator pada kontrol siklus sel dan apoptosis (Bhuto . 2005).
Defisiensi  magnesium  dapat   terjadi  karena  beberapa  faktor,  yaitu  diare yang  panjang,  penyakit  Crohn's,  malabsorption  sindrom,  terjadinya  pembedahan dan  peradangan  di  usus,  proses  radiasi  dan  kemoterapi.  Diabetes  melitus  dan dalam  jangka  waktu  yang  lama  mengalami  diuresis  dapat  pula  mengakibatkan peningkatan kehilangan magnesium melalui urine  (Saris  .  2000).  Pemasukan makanan  yang  kurang,  masalah  pencernaan  dan  peningakatan  kehilangan  urine yang tinggi seluruhnya memberikan kontribusi pengurangan magnesium, dimana secara teratur ditemukan pada alkoholik. Beberapa studi menemukan bahwa orang yang  sudah  tua  relatif  rendah  pemasukan  magnesiumnya  lewat  makanan.   Hal tersebut  disebabkan  absorpsi    magnesium  di  usus  cenderung  menurun dan ekskresi  magnseium  cenderung  meningkat.  Pemberian  magnesium  yang  kurang optimal pada orang tua dapat meningkatkan resiko kekurangan magnesium. Telah dilaporkan  bahwa  defisiensi  magnesium  menyebabkan  komplikasi  ginjal  (Bhuto . 2005).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kekurangan  magnesium dapat  ditemukan  pada  tubuh  manusia.  Radioterapi  seperti  kemoterapi  yang merupakan  penanganan  khusus untuk kanker dengan menggunakan Cis-platium, telah diobervasi pada pasien hipomagnesaemia. Efek samping kemoterapi tersebut yaitu  dapat  menurunkan  penggunaan  supplemen  magnesium.  Stabilitas  DNA bergantung pada konsentrasi magnesium. Secara klinis dan biologis konsekuensi tidak  normalnya  konsentrasi  magnesium  di  dalam  tubuh  berpengaruh  pada pembelahan  DNA,  akibatnya  dapat  menimbulkan  penyakit  dan  kanker.

D.   Kesimpulan
Kalium, kalsiun, natrium, dan magnesium sangat penting bagi tubuh makhluk hidup



Daftar Pustaka

Barasi,  M. (2007).  Nutrition  at  a  Glance. Penerjemah:  Hermin. (2009). At  a Glance:  Ilmu  Gizi.  Jakarta:  Penerbit Erlangga. Hal. 52
Gobinathan  P,  Murali  PV,  Panneerselvam  R. 2009. Interactive  Effects  of  Calcium Chloride  on  Salinity-Induced  Proline Metabolism  in Pennisetum  typoidies.Advances  in  Biological  Research 3(5-6):168-173.
Gums JG.  2004.  Magnesium in cardiovascular and other  disorders.  Am J HealthSyst Pharm. 61:1569-76.
Hijriani, G. (2009). Presentase daya larut Ca oksalat oleh teh tempurung kering (Sonchus arvensis l) dengan frekuensi minum satu kali sehari. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Irawa, M.Anwari. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit dan Mineral. Sports Science Breif
Lestari, D. Hubungan Asupan Kalium, Kalsium, Magnesium, dan  Natrium,Indeks Massa  Tubuh,  serta  Aktifitas  Fisik  dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 30 – 40 Tahun.  Semarang:  Universitas Diponegoro; 2010.
Nieves  JW.  2005. Osteoporosis:  the  role  of micronutrient. The  American  Journal of Clinical Nutrition 81:1232-1239.
Purwati S,Salimar, Rahayu S. Perencanaan menu  untuk  penderita  tekanan  darah  tinggi. Depok: Penerbit Penebar Swadaya; 2003.
Saris NE, Mervaala E, Karppanen. 2000. Magnesium: an update on physiological, clinical and analytical aspects. Clinica Acta. 294(1-2):1-26
Tongchan  P,  Prutipanlai  S2,  Niyomwas  S, Thongraung S. 2009. Effect of calcium compound  obtained  from  fish  byproduct on calcium metabolism in rats. J. Food Ag-Ind. 2(04),669-676
Topf JM, Murray PT. 2003.  Hypomagnesemia and  hypermagnesemia.  Rev Endoc Metab Disord. 4:195-206.
Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(2).

1 comment: