a.
Faktor dari dalam
(Internal)
1.
Tidak jelasnya sistem
peralihan kekuasaan
Dalam
hal ini menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat di antara kalangan
keluarga istana. Yaitu perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Dan Ketika
kekhalifahan Hisyam ibn Hakam, timbulnya perselisihan di kalangan pejabat
tinggi Negara dan orang istana, sehingga terpecah menjadi dua kelompok;
kelompok militer yang didominasi oleh Slav dan kelompok sipil dengan tokohnya
al-Hajib al-Mansur yang didukung oleh menterinya.
Oleh
karena itu, mereka berpendapat bahwa kekhalifahan sebaiknya diserahkan kepada pamannya
Hisyam, al-Mughirah ibn Abdurrahman al-Natsir. Sementara kelompok sipil
mengharapkan kekhalifahan dipegang oleh Hisyam, agar kendali pemerintahan tetap
dipegangn oleh para penguasa bersama khalifah Hisyam kecil itu. Dari perdebatan
tersebut menyebabkan terbunuhnya al-Mughirah yang diduga pembunuhnya dari pihak
sipil.
2.
Tidak adanya ideologi
pemersatu
Dengan
ini terjadi konflik politik, sehingga timbulnya kelompok oposisi. Persaingan
terjadi antara Arab Utara dengan Arab Selatan, di samping itu pula timbulnya
kerajaan kecil (Muluk al-Thawaif), mengakibatkan terjadi pemberontakan
dimana-mana dan pengacauan politik. Kelompok tersebut mengadakan pemberontakan
yang berdampak bagi stabilitas politik kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol.
Kalau
di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan
muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibat
dari kelompok–kelompok etnis tersebut yang non-Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap
sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukan tidak adanya ideologi
yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam
terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella, di antaranya juga
disebabkan permasalahan ini. Dari perselisihan tersebut memberikan peluang bagi
mereka untuk melancarkan serangan mereka
3.
Para penguasa islam
cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan islamisasi secara sempurna
Dalam hal ini tidak
hanya itu yang dilakukan pemerintahan tersebut akan tetapi ketika melakukan
islamisasi membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat kebiasaan orang
nasrani. Akibatnya dengan kehadiran bangsa Arab menimbulkan rasa iri dan
membangkitkan rasa kebangsaan bangsa spanyol yang Kristen. Berbagai usaha yang
dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab itu, untuk berupaya
semaksimal mungkin untuk mengadu domba sesama muslim.
b.
Faktor dari luar
(Eksternal)
1.
Timbulnya semangat
orang-orang Eropa untuk menguasai kembali Andalusia
Hal
ini merupakan keinginan bangsa Eropa yang sudah lama terpendam, mereka ingin
merebut kembali tanah air mereka dari tangan penguasa muslim. akan tetapi
keinginan mereka masih belum terlaksana, karena islam pada waktu itu mempunyai
kekuatan besar. Ketika kekuatan islam melemah, ini merupakan kesempatan emas
bagi sekelompok komunitas yang tidak senang dengan kedatangan islam.
Berawal
dari saat Thariq dan Musa ketika menaklukkan wilayah Andalusia karena ada
perintah untuk segera pulang sehingga menyebabkan mereka tidak berhasil untuk
menaklukkan daerah yang terletak di Barat Laut.
Penyebab
keruntuhan dan kehancuran kekuasaan islam di Andalusia disebabkan ada beberapa
daerah yang belum diduduki sepenuhnya waktu ekspansi islam seperti daerah
Galicia. Daerah tersebut menjadi pusat Kristen. Yang kemudian berdirinya
kerajaan Castile dan Aragon yang menjadi basisnya Kristen untuk menyerang kaum
muslim dalam rangka menguasai wilayah kekuasaannya.
Daerah
tersebut dijadikan benteng pertahanan, pelatihan dan sekolah siasat yang
dipersiapkan untuk perlawanan dikemudian hari, dan dari benteng tersebut
dikomando upaya untuk memecahkan belah persatuan dan kesatuan umat islam,
bahkan sering menyerang saat ada kesempatan.
2.
Konflik Islam dengan
Kristen
Dalam
pertempuran tersebut Ferdianan dan Isabella melibatkan diri bersama 5.000
peronil dengan mendengungkan perang suci. Serangan ini dipelopori oleh raja
Ferdinan dari Arogon dan Isabela dari Castila. Akibat konflik itu runtuhnya
benteng Al-Hambra yang direbut oleh kristen. Dengan kemenangan mereka itu dari
pihak Kristen merayakan kekalahan islam terakhir di spanyol The Deum, sebuah
Hyne rasa syukur yang dinyanyikan di Cathedral St. Paul di London. Granada saat
itu semasa dinasti Nasr, yang dipimpin oleh Maula Ali Abi al-Hasan yang merasa
cemas dengan kombinasi antara kerajaan Castile dan Aragon. Sehingga terjadilah
perang dingin dengan kaum Nasrani. Al-Hasan sendiri wafat diracuni oleh
anaknya, Abdullah dan kekuasaan dipegang saudaranya, al-Zaghlul (al-Zaghal).
Jatuhnya
Granada ketangan Kristen, pendeta Kristen memberikan pilihan kepada umat muslim
dan Yahudi, yakni pindah agama atau tinggal di wilayah itu. Dengan demikian
“salib telah menyingkirkan bulan sabit”. Artinya adalah kekuasaan islam telah
dikalahkan oleh kekuasan Kristen.
3.
Kesulitan ekonomi
Masa-masa
runtuhnya Bani Umayyah ini, disebabkan para penguasa lebih mementingkan
pembangunan, sehingga lalai membina perekonominan. Di samping itu pula diakibatkan
oleh etnis-etnis non–Arab sering menjadi perusak dan menggerogoti perdamaian,
sehingga mempengaruhi terhadap kondisi perekonomian.
Akibat
dari pembangunan bidang fisik untuk keindahan kota dan peningkatan ilmu
pengetahuan yang terlalu serius telah melalaikan pembangunan bidang
perekonomian yang menjadi pendukung perekonomian persatuan dan kesatuan. Akibatnya
perekonomian yang lemah itu, juga menyebabkan kondisi politik dan militer
menjadi tak menentu.
No comments:
Post a Comment