Popular Posts

Thursday, February 27, 2014

AUDISIKU KONTES VIDIO 76 WANI PIRO

waw, ini dia audisi tanpa syarat yang menakjubkan!!!

hadiah total puluhan juta rupiah keren bgt!!

uji kreativitas membuat vidio disini ni!!!

caranya gampang,. tingal klik ling di bwah ini.

http://www.audisiku.com/a/faizah.sumenep

PANAS PELARUTAN ASAM OKSALAT

A.      Tujuan
1.      Menentukan kelarutan suatu zat dan pengaruh suhu terhadap kelarutan
2.      Menghitung panas pelarutan suatu zat

B.       Dasar Teori
1.         Larutan, Pelarutan, Kelarutan dan Kaitannya
Larutan adalah campuran dua atau lebih zat yang tidah dapat dibedakan partikelnya dan lolos dari kertas saring. Larutan memiliki sifat homogen seperti halnya suatu zat yang bercampur dan kemudian bereaksi, akan tetapi suatu larutan masing-masing substansinya masih memepertahankan sifat aslinya. Contoh dari larutan adalah air dan gula dimana gula masih manis. Beda halnya dengan campuran hidrogen dengan oksigen yang kemudian menjadi air dimana oksigen mudah terbakar sedangkan air mematikan api (chang, 2003).
Substansi yang tergabung dalam larutan adalah pelarut dan terlarut. Pelarut adalah substansi yang lebih banyak dan terlarut adalah substansi yang lebih sedikit. Contoh, lima gram gula dalam 250 ml air. Air adalah pelarut dan gula adalah terlarut (chang, 2003).
Seperti halnya reaksi kima, pelarutan suatu zat juga memepunyai titik sesetimbangan yakni saat jumlah zat terlarut yang melarut sama dengan pengendapan zat terlarut yang melarut. Dari pernyataan ini maka dapat diperoleh tiga jenis larutan yakni larutan tidak jenuh, jenuh dan lewat jenuh. Tidak jenuh zat terlarut yang melarut belum mencapai kesetimbangan, jenuh jika zat yang terlarut tepat pada saat kesetimbangan dan lewat jenuh jika zat terlarut yang melarut lebih dari titik kesetimbangan (Monk, 2004).
Proses bercampurnya zat terlarut dengan zat pelarut disebut dengan pelarutan. Kemampuan suatu zat melarut dalam pelarutnya pada suhu tertentu disebut dengan kelarutan. Pelarutan dan kelarutan dari zat A dalam zat B akan berbeda dengan zat A dalam zat C. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan dari harga kelarutan dan proses larut. Perbedaan dari pelarutan dan kelarutan adalah pada suhu yang sama, pelarutan dapat dipengaruhi oleh adanya pengadukan sedangkan kelarutan tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya:
a.         Temperatur : Kelarutan umumnya bertambah dengan naiknya temperatur.
b.        Sifat pelarut dan zat terlarut : ada selogan yang mengatakan like disoved like. Zat non polar akan lebih larut dalam pelarut non polar dan sebaliknya.
c.         Efek ion sejenis : ion sejenis akan mempengaruhi kesetimbangan pada proses kelarutan. Contoh: larutan garam AgCl akan menurun jika ditambahkan ion Ag+ karena konstanta kesetimbangan yang tetap akan tetapi ada spesi yang bertambah sehingga mau tidak mau untuk mencapai kesetimbangan sistem akan beraksi sehingga kesetimbangan tercapai kembali, dalam hal ini kesetimbangan bergeser ke arah AgCl sehingga kelarutannya menurun.
d.        Efek ion-ion lain : beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.
e.         Pengaruh PH : Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada PH larutan.
f.         Pengarug Hidrolisis : Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H+).
g.        Pengaruh kompleks : Kelarutan garanm yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Contoh: penambahan NH4OH dalam larutan AgCl, penambahan menambak kelarutan karena terbentuk kompleks [Ag(NH3)2]+ (Khopkar, 1990).
Fator-faktor yang disebutkan di atas sangat erat kaitannya dengan asas Le’ Chatelier dan persamaan Van’t Hoff. Le’ Chatelier menyatakan bahwa bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan (Attkins, 2006).
Pelarutan seperti halnya reaksi kimia yang membutuhkan atau melepaskan alor. Kalor yang dilepaskan atau diterima oleh sistem larutan disebut dengan entalpi pelarutan. Entalpi menjadi salah satu penentu kesepontanan yang akan memebentuk fungsi liniear sebagai konstanta pada fungsi T. Sehingga dari sini persamaan Van’t Hoff tentang pengeruh suhu dapat diturunkan. Setelah diketahui bahwa - , variasi ln Kp terhadap temperature adalah
 =   
Helmholt dalam persamaan Gibb menyatakan:
 =
maka dapat dihasilkan persaan Van’t Hoff, yaitu
                                                       =
                                                     
Dan secara matematis (eksak) dapat ditulis,
                                                       =
                                              .           (Atkins, 2006).
2.         Titrasi
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam basa (Brady, 1998 )
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan digunakan dengan indikator bila PH pada titik ekuivalen antara 4-0. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam basa lemah jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa, PH larutan akan berubah warna secara khas. PH berubah secara dartis bila volume titrannya mencapai titik ekuivalen .Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul yang lain. Dalam air, proton biasanya tersolvasi sebagai H3+O. Reaksi asam basa bersifat reversible. Reaksi dapat digambarkan :
HA + H2O                     H3+O +A-  air sebagai basa
B+ H2O                         H+B  + OHair sebagai asam
A-  adalah basa konjugasi, H+B adalah asam konjugasi (Khopkar, 1990).

3.         Indikator PP
Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan. Misalnya lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah sedangkan dalam keadaan basa berwarna biru. Indikator lain yang biasa digunakan dalam laboratorium adalah fenolftalein. Fenolftalien (PP) dalam suasana asam tak berwarna sedangkan dalam suasana basa berwarna merah muda atau pink (Brady, 1998 ).
Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar 318,329 gr/mol, massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 320C, titik leleh : 262,50C indikator asam basa menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa, indikator  PP (fenolftalein) mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH tertentu yang ditunjukan dengan perubahan warna indikator. Bila indikator PP, merupakan indikator yang menunjukan pH basa, berarti ia berada pada rentang pH antara 8,3 – 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah pink). Indikator PP tidak larut dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter           (Dogra, 1984).
C.      Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah thermostat 0-500C, thermometer, buret 50 mL, labu takar 250 mL, pipet volum 10 mL, tabung reaksi besar, pengaduk, botol akuades, gelas ukur, statif, klem, bola hisap dan corong.
Bahan yang digunakan adalah asam oksalat, larutan NaOH 1 M, fenoltaelin, garam dapur, dan es batu.

D.      Cara Kerja
Sebanyak 150 mL larutan asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian tabung reaksi di masukkan ke dalam thermostat  sambil di aduk. Thermostat di atur hingga mencapai kesetimbangan pada suhu 350 C, lalu larutan di ambil 10 mL kemudian diencerkan sampai volume mencapai 100 mL. Larutan diambil sebanyak 25 mL dan dititrasi dengan NaOH menggunakan indikator pp. Titrasi di lakukan sebanyak tiga kali kemudian di lakukan pengambilan seperti pada langkah sebelumnya pada variasi suhu 350 C, 300 C,  250 C, 200C dan 100C.
E.       Data Percobaan
1.        Tabel Data Hasil Percobaan
Suhu
V NaOH
M NaOH
mol Oks
gr Oks
gr larutan
s
ln s
T (K)
1/T
35
0,0148
1
0,0074
0,9324
11,064
9,20289
2,219518
308
0,003247
30
0,01463
1
0,007315
0,92169
10,405
9,719075
2,27409
303
0,0033
25
0,01444
1
0,00722
0,90972
11,357
8,707721
2,16421
298
0,003356
20
0,01433
1
0,007165
0,90279
11,546
8,482309
2,137983
293
0,003413
10
0,0142
1
0,0071
0,8946
11,912
8,119883
2,094316
283
0,003534

2.        Grafik Hasil Percobaan

ΔH = 4597,642 J

F.       Pembahasan
Percobaan Panas Pelarutan Asam Oksalat bertujuan untuk Menentukan kelarutan suatu zat dan pengaruh suhu terhadap kelarutan dan Menghitung panas pelarutan suatu zat. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah titrasi. Larutan yang di titrasi pada asam oksalat adalah larutan NaOH 1 M dan digunakan indikator PP agar pada saat titik ekuivalen dicapai dapat diketahui. Tercapainya titik ekuivalen dapat diketahui dengan adanya perubahan warna, yakni dari larutan tak berwarna menjadi pink. Adapun persamaan reaksi dari asam oksalat dengan natrium hidroksida adalah:
H2C2O4(aq)   + 2 NaOH(aq) à          Na2C2O2(aq)      +          2 H2O(l)           
Kelarutan asam oksalat berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Semakin naik suhu maka semakin tinggi pula kelarutan asam oksalat. Dalam percobaan ini diperoleh hasil 8,119883; 8,482309; 8,707721; 9,719075; 9,20289 untuk masing-masing suhu 10; 20; 25; 30 dan 350C. Data yang disebutkan mengikuti kecenderungan kecuali pada suhu 350 C. Data yang diperoleh lebih kecil dari suhu 300 C dan lebih besar dari 250 C, hai ini dikarenakan oleh titrasi tidak langsung dilakukan. Setelah memasukkan oksalat pada erlenmeyer, erlenmeyer berisi oksalat ditimbang terlebih dahulu dan kemudian baru di titrasi, sehingga suhu dapat menurun dan kesetimbangan mengikuti suhu pada saat oksalat di titrasi.
Panas pelarutan atau entalpi pelarutan yang diperoleh adalah 4597,642 J. Harga entalpi pelarutan oksalat adalah positif sehingga dapat diketahui bahwa proses pelarutan asam oksalat merupakan reaksi endoterm dimana panas disalurkan dari sistem ke lingkungan.

G.      Kesimpulan
Kelarutan asam oksalat semakin tinggi seiring dengan kenaikan suhu dan panas pelarutan bernillai sebesar 4597,642 J


Daftar Pustaka
Atkins, Peter. 2006. Physical Chemistry 8thed. New York : W.H Freeman & Company
Brady, James, E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara
Chang, Rymond. 2003. Kimia Dasar jilid 1. Jakarta: Erlangga
Dogra, S.K.1984. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta : UI – Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Erlangga.
Monk, Paul. 2004. Physical Chemistry Understanding Our Chemical World. United Kingdom: John Willey & Sons Inc


Yogyakarta, 13 Desember 2012
Asisten                                                                                    Praktikan



   Sartono                                                                                       Faizah
Lampiran


a.       350C
V NaOH =14,567 mL = 0,014567 L
Mol oksalat = ½ x M NaOH  x V NaOH
=½ x 1 mol x 0,014567 L
  = 0,0072835 mol

Massa oksalat = mol oksalat x Mr oksalat
= 0,0072835 mol x 126 g/mol
= 0,917721 g

S = Massa oksalat x 100
      Massa larutan – Massa oksalat
=  0,917721 g x 100
       10 – 0,917721 g
=10,104523
ln S = ln10,104523
                 = 2,313
b.      300C
V NaOH = 14,8mL = 0.0148 L
Mol oksalat = ½ x M NaOH  x V NaOH
 = ½ x 1 mol x 0,0148 L
  = 0,0074 mol

Massa oksalat = mol oksalat x Mr oksalat
= 0,0074 mol x 126 g/mol
= 0,9324 g

S = Massa oksalat x 100
      Massa larutan – Massa oksalat
= 0,9324 g x 100
        10 – 0,9324 g
      = 10,293
ln S =  ln 10,293
                      = 2,332
c.       250C
V NaOH =  14,467 mL = 0,014467 L
Mol oksalat = ½ x M NaOH  x V NaOH
= ½ x 1 mol x 0,014467 L
=  0,0072335  mol

Massa oksalat = mol oksalat x Mr oksalat
= 0,0072335 mol x 126 g/mol
= 0,911421 g
S = Massa oksalat x 100
      Massa larutan – Massa oksalat
= 0,911421 g x 100
      10 – 0,911421 g
=10,029
ln S =  ln 10,029
                 = 2,306
d.      200C
V NaOH = 13,567 mL = 0,013567 L
Mol oksalat = ½ x M NaOH  x V NaOH
= ½ x 1 mol x 0,013567L
= 0,0067835  mol

Massa oksalat = mol oksalat x Mr oksalat
= 0,0067835 mol x 126 g/mol
= 0,854721 g
S = Massa oksalat x 100
      Massa larutan – Massa oksalat
= 0,854721 g x 100
      10 - 0,854721 g
= 9,347
ln S =  ln 9,347
                 = 2,235
e.      100C
V NaOH = 14,734 mL = 0,014734 L
Mol oksalat = ½ x M NaOH  x V NaOH
               = ½ x 1 mol x 0,01473 L
= 0,007365  mol

Massa oksalat = mol oksalat x Mr oksalat
= 0,007365 mol x 126 g/mol
= 0,92799 g
S = Massa oksalat x 100
      Massa larutan – Massa oksalat
= 0,92799 g x 100
      10 - 0,92799 g
= 10,229
ln S =  ln 10,229
                 = 2,325
·         Perhitungan H
        Diketahui =                 Y = -55x + 2,487
                                                R = 8,314 J/K mol
        Ditanya       =H = ……. ?
        Jawab         =               m = - H
                                            R
                              -H = m . R
H  = - m . R
                                       = - (- 55) . 8,314  J/K mol
                                       = 457,27J/K mol
                                       = 0,45727 KJ/mol